Ayat ini diturunkan ketika Rasulullah SAW merasa enggan ketika dinikahkan secara langsung oleh ALLAH SWT dengan Zainab, seorang janda yang baru menyekesaikan masa 'iddahnya. Ia adalah mantan Isteri anak angkatnya sendiri, Zaid bin Haritsah yang telah hidup bersama Rasulullah bertahun2 sejak kecilnya, bahkan Zaid sendiri pernah menyebutnya sebagai Zaid bin Muhammad.
Melalui pernikahan ini ALLAH SWT hendak menjadikan Muhammad SAW sebagai model yg memperagakan langsung sikap keras Islam terhadap praktek Adopsi yg telah mengakar dizaman jahiliyah dan tetap dipraktekan secara subur hingga saat ini.
Melalui peran ini ALLAH SWT menegaskan bahwa tidak ada hubungan apapun antara Orang Tua dengan Anak angkatnya. Bahkan Ayah angkat boleh menikahi bekas Istri Anak angkatnya. Anak angkat tidak bisa menjadi ahli waris Orangtua angkatnya dengan alasan apapun.
Nabi kita selain menjadi Rasul, beliau juga Manusia biasa dan adalah wajar jika Beliau kawatir dengan pandangan negatif umatnya atas pernikahan yang tidak lazim ini.
Sebagai Manusia biasa, Beliau kawatir jika Masyarakat menilainya mata keranjang, Beliau juga kawatir popularitas dan dukungan Umatnya berkurang. ALLAH sangat mengetahui persis perasaan yang berkecamuk dalam diri Rasul NYA, maka DIA menegur secara keras dengan menurunkan ayat tersebut.
Ayat ini menegaskan kepada Kita semua untuk tidak ragu-ragu terhadap perintah ALLAH SWT, walaupun secara sepintas perintah itu tidak lazim dikalangan Masyarakat. Dalam ayat tersebut menegaskan kepada Kita untuk tidak perlu sibuk mencari dukungan, restu dan kerelaan Manusia, yang Kita harapkan hanya keridhoan ALLAH SWT, jangan takut kehilangan dukungan Manusia, sebab yang paling berhak ditakuti cuma ALLAH SWT. Restu Orang tua kita usahakan, restu Keluarga Kita cari, dukungan Masyarakat Kita upayakan, tapi restu dan dukungan ALLAH SWT diatas segala-galanya.
Sekiranya semua Manusia dimuka bumi ini memberi restu dan dukungan atas sikap dan perbuatan Kita, tapi ALLAH SWT justru memurkainya, maka Kita harus memilih ALLAH. Biar semua Manusia memusuhi Kita, menolak dan mengasingkan Kita asal ALLAH SWT rela, inilah sikap Kita. Jika ini Kita pertahankan, maka ALLAH SWT sendiri kelak yang akan mengubah pikiran Manusia. Ditangan ALLAH SWT lah seluruh ubun-ubun…Manusia.
Rasulullah SAW bersabda," Barang-siapa memurkakan ALLAH untuk meraih keridhoan Manusia, maka ALLAH SWT murka kepadanya dan menjadikan Orang yang semula meridhoinya menjadi murka kepadanya. Dan barang siapa meridhokan ALLAH SWT (meskipun) dalam kemurkaan Manusia, maka ALLAH SWT akan meridhoinya dan meridhokan kepadanya Orang yang pernah memurkainya, sehingga ALLAH SWT memperindahnya, memperindah ucapan dan perbuatanya dalam pandangan NYA"
(Riwayat-Aththabarani).
Dengan sangat jelasnya maksud Ayat tersebut, “apa yang musti ditakuti untuk melanggar sesuatu yang dianggap tidak lazim”? Atau sesuatu yang sangat tabu dan terlarang oleh suatu daerah? Dan ini adalah pilihan, kepada yang masih muda, ini lah saatnya untuk berani merobah sesuatu yang tidak ada referensinya dari induk referensi kehidupan yaitu Al-Qur'an dan Hadist. Ini adalah pilihan Kita. Berapa banyak sesuatu yang dianggap tidak lazim yang justru mempersempit ruang gerak Kita?
Bagi yang Tua-tua juga sangat banyak memahami keadaan ini, tapi ini yang dapat Ku gambarkan, Mereka tidak bertindak, atau diam saja, karena tidak mampunya diri, atau takutnya diri akan kehilangan dukungan dari Masyarakat, bahkan…. Takut dihina dan dimusuhi… Seharusnya, sesuatu yang tidak lazim bagi sesuatu Masyarakat, tapi bagi Al-Qur’an sangat lazim, ini harus berangsur-angsur Kita robah agar menjadi lazim, kenapa….? Karena sesuatu yang tidak lazim tersebut, bila tidak dirobah, akan dianggap itu menjadi hukum wajib yang akirnya disamakan dengan pusat segala Undang-undang dan Hukum (Al-Qur’an dan Hadist). Dan ini memang terjadi dan akan selalu terjadi, bila tidak ada yang memulai dengan pengetahuan yang cukup untuk merubah ketidak laziman tersebut…. Maka banyaklah Orang yang bertindak benar, tapi karena tidak lazimnya menurut pandangan Orang banyak, akhirnya Orang benar tersebut dihukum, disalahkan, diusir, bahkan ada yang dibunuh! Siapa yang berhak disalahkan? Inilah kesalahan yang harus Kita tanggung bersama, yang akan diminta pertanggung-jawaban nantinya.
Disinilah pentingnya penerus-penerus Nabi Muhammad berbuat, bertindak dan mengacu kepada kecemasan seOrang Nabi dan Rasul dalam menjalani perintah yang tidak lazim, yang langsung berhubungan dengan Masyarakat, tapi karena tekad Beliau untuk menjalani perintah ALLAH, maka ALLAH membantu. Akan kah Kita dibantu ALLAH juga, bila terjadi hal yang menyerupai ini, jawabannya hanya satu, PASTI!!! Karena ALLAH tidak pernah membedakan Hamba NYA!!!.
Berita ini Ku beritakan kepada siapa saja yang peduli dengan kebaikan yang dijanjikan Al-Qur’an dan Hadist Nabi.
(Tulisan ini Ku ambil dari perbendaharaan kata-kata yang ada dialam semesta ini, sebagian Ku ambil dari Al-Qur’an dan Hadist Nabi, kata-kata ini bisa Ku ambil dengan sangat bebasnya tanpa harus membayar kepada siapapun, tulisan ini Ku tujukan pertama-tama pada diri Ku dan Ku lanjutkan kepada Anak-anak Ku, Murid-murid Ku dan keluarga serta kerabatKu dan bagi siapa saja yang tertarik dan merasa berguna membacanya dan tulisan ini adalah,” tulisan dari seorang yang bukan penulis”)
Muhammad Benibudaya Al-Minangkabaawi, Gm, Ps
Tidak ada komentar:
Posting Komentar