Bagi saya sepanjang itu bermanfaat dan berdaya guna silahkan dipakai
salam.
PECAHNYA PERGURUAN
Para murid tenaga dalam yang sudah mencapai kependekaran akhirnya
banyak yang memisahkan diri dari induknya. Bukan karena ingin mengembangkan
visi dari induknya, tetapi karena sudah merasa mampu dan merasa lebih dari yang
lainnya. Terbukti akhirnya dengan munculnya berbagai nama perguruan dewasa
ini. Sekali lagi, hal itu semata karena ego, keakuan yang merasa telah lebih.
Kita akan mencermati perkembangan sekian banyak nama perguruan
tenaga dalam yang ada. Tetapi ada pula yang berdalih bahwa hal itu wajar saja
terjadi karena telah mendapatkan ilmu baru yang memang harus dikembangkan.
Boleh‐boleh saja, tolak ukurnya hanya satu. Apabila pendirian perguruan itu
karena ingin mendapat nama, pengakuan, uang dan orientasi materi, bukan
karena untuk berbagi rasa, untuk membuka suatu kesadaran baru, untuk
meningkatkan kesadaran, jelas hal itu karena keakuan yang tinggi.
Ada juga yang mengatakan bahwa hal itu dilakukan untuk menyehatkan
masyarakat. Lihat saja, apabila dengan apa yang dikatakan sehat itu menambah
kesadaran, tidak malah memerosotkannya dengan tambahan ilusi tentang 'sehat'.
Ilusi tentang 'sehat', adalah apa yang dianggap bisa menyelesaikan segala macam
berbagai macam penyakit dalam dirinya. Namun apabila dilihat dengan latihanpenyakit. Bisa saja, seseorang melakukan tindakan untuk mencegah timbulnya
konsentrasi semacam itu, tidak menyelesaikannya. Latihan‐latihan konsentrasi
yang dilakukan akan menguatkan lapisan energi dalam diri seseorang. Apabila
penyakitnya berada dalam tubuh yang lebih dalam, yaitu lapisan mental ataupun
spiritual, ia tidak akan muncul dalam tataran fisik karena terhalang oleh lapisan
energi atau pikiran yang kuat. Dan hal itu bukan berarti selesai. Hal itu hanya
memberi interval sehat, menunda saja. Kesehatan yang dihasilkan tidak bersifat
holistik, menyeluruh. Padahal, makna tenaga dalam adalah memberikan
kesehatan secara holistik, terpadu, meyeluruh, sebagai makna yang sebenarbenarnya.
Tentang kesehatan akan kita selami dalam bab berikutnya.
Tahun 1990, saya bertemu dengan Eyang Atmo Wasi (Beliau kakek dari
isteri saya. Tahun 1990 saya masih pacaran, jadi beliau kakek dari pacar saya),
seorang kakek yang merupakan salah satu penasehat, yang dituakan dalam dunia
tenaga dalam di Yogyakarta. Beliau termasuk di dalam orang pertama yang
mengusung tenaga dalam di Yogya setelah pertama muncul dari daerah Jawa
Barat. Setelah di Yogya ini, tenaga dalam berkembang pesat dan mengalami
beberapa kali perpecahan sampai jumlahnya yang sangat banyak dewasa ini.
Dengan berganti nama, mengganti beberapa jurus, ganti motto, ganti visi, dan
merambah di kota‐kota sekeliling Jawa, akhirnya sampai juga ke Ibu Kota, Jakarta.
Beliau mengatakan, pada mulanya hanya ada satu nama, satu perguruan.
Seorang yang dihormati karena telah mengembangkan tenaga dalam dengan
cirinya yang mempunyai 10 gerak, (walaupun sekarang ada yang dipadatkan
menjadi 4 atau 5). Beliau adalah Bapak Andadinata. Tahun 1930 beliau mulai mengembangkan tenaga dalam dari daerah Cicalengka yang kemudian jurusjurusnya
sampai sekarang mewarnai hampir seluruh perguruan tenaga dalam di
Indonesia. Berarti sekali perjuangan beliau untuk mengembangkan tenaga dalam
yang beliau olah untuk konsumsi masyarakat Nusantara. Beliau begitu memahami
masalah masyarakat dan apa yang dibutuhkannya pada waktu itu. Pada waktu
negara masih belum aman dari penjajahan, pada waktu masyarakat kita masih
bergerilya melawan penjajah, kemudian terus pada masa pasca kemerdekaan.
Kebutuhan dan apa yang harus dilakukan untuk meningkatkan kesadaran
masyarakat waktu itu beliau salurkan melalui gerakan yang tertuang dalam 10
jurus tenaga dalam. Salam hormat kepada beliau, Bapak Andadinata. Seandainya
beliau masih ada, pasti beliau akan berjuang lagi untuk mengembalikan tenaga
dalam sesuai makna awalnya. Beliau pasti akan menyesuaikan sesuai jamannya,
sesuai kebutuhannya. Namun tidak menghilangkan ciri Nusantaranya.
Di Yogya, pada waktu itu ada satu nama, yang diusung langsung dari
Cicalengka, ML. Berkembangnya ML lalu mencetak sekian banyak orang yang
telah dipercayai untuk mengembangkannya. Lalu berkembang lagi menjadi PS. PS
ini kemudian mencoba merambah keluar sampai Jakarta dan kota lainnya. Lalu PS
berkembang lagi menjadi SP. Di SP sempat terjadi sedikit pengembangan paham
yang akhirnya muncul MP. Pada masa sebelum 1986, tenaga dalam juga
dimaksudkan untuk syiar Islam. Maka anggotanya dikhususkan yang beragama
Islam. Karena setiap jurusnya akan disisipi dzikir. Kemudian ada yang bertanya,
kalau orang non Islam belajar dan tanpa dzikirnya, hanya jurus atau gerak dan
nafas, apa bisa berhasil? Kemudian ada yang bereksperimen untuk itu, dan
berhasil. Muncullah nama SN. SN adalah tenaga dalam universal pertama yang berkembang pesat. Sejak itu, tenaga dalam sudah tidak berbau ekslusive Islam
lagi. Dari PS tadi mucul lagi SLB. Kemudian SLB berkembang menjadi PD. Sejak
berkembang di Ibu kota, SN menjadi beranak lagi dengan nama SNI. PS yang sejak
semula masih untuk syiar islam, berkembang di Sulawesi dan Sumatera. Akhirnya
muncul lagi dari SN berkembang menjadi SPK, lalu jadi KS. Sejak berbagai nama
yang pecah itu masing‐masing telah menelorkan orang‐orang yang dipercaya
untuk mendapatkan rahasianya. Namun terlihat bahwa orang‐orang itu kemudian
mendirikan nama‐nama baru yang sekarang sudah tidak terhitung lagi. Ada yang
hanya kecil, tidak terdaftar. Ada juga yang mengatakan bahwa ia mendirikan
perguruan karena dapat bimbingan dari mimpi. Tapi kalau dilihat, gerakkannya ya
itu‐itu saja. Pola nafasnya ya itu juga. Ia hanya akan meyakinkan saja, membentuk
opini baru tentang apa yang dikatakan ilmunya itu. Menginjak tahun 2000 banyak
yang menggabungkan dengan sains modern, maka muncul juga istilah Metafisika,
Cybernetic, atau Elektrophysic untuk perguruannya. Sekali lagi, kalau dicermati
pola nafas dari semua itu masih bersumber dari tenaga dalam konvensional.
Konsentrasinya masih dengan generator listrik tubuh yang berada di sekitar pusar.
Sebelum tahun 1985, Tenaga Dalam dipopulerkan dengan adanya
mementalkan orang, dibacok tidak apa‐apa. Lalu setelah tahun 1986, terutama di
atas tahun 1988, tenaga dalam berkembang dengan motto kesehatan. Perguruan
yang ada sudah membicarakan tentang kesehatan yang didapat dengan latihan
tenaga dalam.
Nama perguruannya juga sudah banyak yang diganti. Dari Perguruan
Tenaga Dalam (PTD) ada yang menjadi Perguruan Tenaga Inti, lalu menjadi Beladiri Tenaga Dalam (BTD). Kemudian dengan mengusung kesehatan itu lalu
nama tenaga dalam berubah menjadi Seni Pernafasan. Begitu marak nama seni
pernafasan ini. Ada yang bernama seni nafas, olah nafas. Perubahan nama itu
untuk menjadikan beda dengan yang dulu. Hanya namanya yang beda, intinya
sama, masih konsentrasi juga. Gerakkannya sama, pola nafasnya sama. Kemudian
sejak masuknya aliran Prana ke Indonesia, tenaga dalam banyak yang
menghubungkan dan membicarakan Prana untuk latihannya. Lalu untuk lebih
menarik lagi, ada yang menggantinya dengan istilah Bio Energi. Prana adalah
Energi vital manusia, energi hidup. Lalu Bio adalah Hidup, maka Bio Energi adalah
Energi Hidup. Sama saja, sami mawon. Namun seorang teman tetap ngotot
bahwa Prana tidak sama dengan Bio Energi. Hanya beda bahasa mas, satu
sanskerta dan satunya Inggris. Hanya untuk kelihatan beda maka mereka
memberi nama beda. It's oke, beda tidak apa‐apa.
Kesehatan masih menjadi penarik bagi latihan tenaga dalam. Walaupun
sebenarnya tidak semua penyakit sembuh dengan latihan ini. Penyakit non‐infeksi
akan tertolong. Tetapi penyakit infeksi malah akan berbahaya bila latihan tenaga
dalam. Penyakit infeksi seperti usus buntu, liver, perlu istirahat yang banyak (bed
rest). Apabila latihan tenaga dalam yang banyak mengeluarkan energi maka
infeksinya akan bertambah. Namun hal ini tidak pernah diungkap lebih dalam.
Maraknya istilah Cakra, Kundalini dan Yoga di atas tahun 90, turut
mempengaruhi dunia tenaga dalam. Banyak yang kemudian mencampur‐adukkan
antara Cakra dan tenaga dalam, sehingga ada yang mendirikan aliran Inti Cakra. Ada pula Tenaga Dalam Kundalini Indonesia. Entah bagaimana mereka sampai
bisa mencampur itu semua.
Pengertian Cakra dan Kundalini di kalangan praktisi tenaga dalam terus
terang sungguh sangat kacau. Dengan mencampur istilah Cakra atau Kundalini
dengan tenaga dalam itu sudah sangat merusak arti dari Cakra ataupun tenaga
dalam itu sendiri. Namun karena ada nilai profit dengan nama tersebut maka
beberapa oknum memakainya dengan maksud agar dapat mendatangkan
keuntungan dalam perguruannya.
Kalau dilihat dari perpecahan yang terjadi, pergantian nama berujung pada
pemaksaan untuk mencampur aliran yang sebenarnya sudah mempunyai
kedudukannya masing‐masing,‐ hal yang sebenarnya merupakan tindakan
pemuasan ego. Kalau akan belajar titik‐titik tubuh manusia, ya belajar ilmu
akupunkur. Lalu akupunkur digabungkan dengan tenaga dalam. Titik akupunkur
itu dianggap Cakra. Sensasi listrik tubuh di punggung dikatakan Kundalini. Kacau !.
Berbagai pihak yang sebenarnya memegang kunci dalam pertumbuhan tenaga
dalam, yaitu para guru besar, para pelatih inti, malah ikut untuk meramaikan
kekacauan itu. Belum tahu Cakra dan Kundalini, atau hanya tahu sedikit, lalu ikut
berbicara tentang hal itu dalam tenaga dalam.
Teman saya, sekarang seorang guru salah satu perguruan pernafasan.
Mengatakan kalau dalam latihannya, bisa memegang Kundalini, mengikatnya lalu
menariknya supaya seseorang bisa dikendalikan dari jarak jauh. Yang lebih hebat
lagi, dia bisa membuka dan menutup Cakra seperti membuka dan menutup buku.
Bahkan, Kundalini dalam diri seseorang bisa dia bangkitkan dengan ditandai
adanya rasa panas di punggung.
Bahkan, dalam perkembangan sekarang ini, karena istilah "meditasi"
sedang digandrungi, maka dunia tenaga dalam juga menggunakannya. Berbagai
perguruan Seni Pernafasan yang mempunyai dasar tenaga dalam mulai
menawarkan meditasi sebagai salah satu pelajarannya. Meditasi yang
menggunakan konsentrasi. Bingung juga. Meditasi adalah menyadari setiap
tarikan nafas. Sementara yang ada di tenaga dalam adalah konsentrasi terhadap
nafas.
Dari perjalanan perkembangan dunia tenaga dalam kita bisa melihat
tentang pergantian nama, dari tenaga dalam ke seni pernafasan, juga
pengembangan misi dari kanuragan ditambah kesehatan. Masuknya istilah‐istilah
cakra, kundalini dan meditasi yang dimaknai sangat kacau oleh beberapa praktisi
tenaga dalam. Sebenarnya hal itu tidak perlu terjadi. Latihan apapun sebenarnya
tidak menjadi soal, jalan apapun tidak masalah. Toh semua jalan akan bermuara
sama, menuju Tuhan. Hanya saja apakah latihan yang kita jalankan itu
mengembangkan kasih atau tidak? Apakah bila latihan tenaga dalam dijalankan,
seseorang akan mempunyai hati bersih dan saling menyayangi? Kalau ya,
teruskan. Kalau tidak, hentikan!
Hati bersih dan saling menyayangi dengan latihan pengembangan kekuatan
seperti selama ini, bagaimana mungkin? Ya, maka dari itu, tidak perlu lagi adanya
perpecahan perguruan. Tidak perlu lagi ada yang merasa lebih untuk mendirikan
sebagai wahana pembersihan sampah emosi dari seseorang. Silahkan dirikanperguruan baru. Yang dibutuhkan adalah bagaimana menjadikan tenaga dalam
nama baru. Silahkan dirikan perguruan baru. Tapi jangan lupa dengan sejarahmu,
dengan gurumu. Hal sebenarnya yang penting dilakukan adalah membentuk
manusia baru. Bukan namanya, bukan perguruannya, bukan yayasannya, namun
benar‐benar seorang manusia baru yang penuh cinta kasih.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar