Jumat, 11 November 2011

Jenuh,Rileks, Pasrah

Tulisan ini adalah buah Karya dari Pak Agung Webe dan Aku telah meminta kesediaannya untuk Ku share di Blog sederhana ini dan ini kata-kata dari Pak Agung Webe: Agung Webe," Silahkan apabila tulisan dari buku pertama saya yg saya buat free ebook itu bermanfaat, silahkan di share. Bahkan kalau mau tidak dicantumkan sumbernya silahkan saja. Atau kalau mau ditulis itu adalah karya anda ya silahkan. Saya jamin saya tidak akan menuntut kok.
Bagi saya sepanjang itu bermanfaat dan berdaya guna silahkan dipakai salam"



Keadaan tanpa mengetahui. Ya, dulu saya tahu tentang tenaga dalam dalam perspektif saya waktu itu. Saya tahu apa yang saya tahu. Kemudian kejenuhan menuntun saya untuk berada dalam keadaan tidak berbuat apa‐apa.
Tidak berbuat apa‐apa karena saya bingung. Bingung untuk apa sebenarnya saya belajar ini semua. Dan sekarang, saya diam. Saya teringat juga kata Eyang Atmo Wasi bahwa sebenarnya jurus diam itu tidak bisa diajarkan. Ia akan datang sendiri.


Jurus Diam bukan berbentuk jurus. Tetapi suatu keadaan. Latihan‐latihan tenaga dalam sebelumnya hanya membantu proses terjadinya Diam ini. Sebenarnya banyak juga yang mengalami keadaan seperti saya. Latihan dengan giat, lalu bisa melakukan apa saja. Kemudian jenuh dengan latihan‐latihan itu, akhirnya ya pasrah. Tidak menggunakan latihan lagi. Saya yakin banyak yang mengalaminya. Tetapi mereka memilih tidak bicara. Dan juga mungkin tidak ada kesempatan bicara, untuk sharing, berbagi rasa tentang pengalamannya. Saya,
dengan segala keterbatasan saya, memulai untuk mengajak anda semua untuk jenuh, untuk bingung, untuk masuk dalam keadaan tanpa mengetahui, dalam kepasrahan.



Keadaan waktu itu menyenangkan, dan sekarang juga menyenangkan. Tidak usah berpikir apakah tempat ini energinya baik atau buruk. Kalau ketemu orang tidak peduli apakah dia punya energi lebih atau tidak. Sangat rileks. Dan saat itulah saya mulai mengalir bersama alam. Kalau lapar ya makan, kalau haus ya minum.



Suatu saat saya ketemu dengan orang yang mengaku belajar ilmu dari Jawa Barat. Dia bersikukuh, sangat yakin sekali kalau saya bisa tenaga dalam. Katanya, dia bisa merasakannya. Kemudian dia meminta saya untuk menyerangnya. Saya tidak mau, karena saya katakan padanya kalau saya tidak bisa apa‐apa. Tetapi dia
menganggap saya berbohong. Kemudian dia bilang, kalau saya tidak mau mencobanya, dia yang akan mencoba saya. Saya bilang silakan. Saya benar‐benar pasrah untuk tidak menggunakan apa yang pernah saya bisa. Ternyata, sebelum dia menyerang saya, dia menyalami saya. Dia berkata bahwa ilmu saya tidak bisa dia "tembus". Saya bingung, saya tidak melakukan apa‐apa kok dibilang begitu. Saya katakan padanya bahwa saya benar‐benar tidak punya apa‐apa, saya tidak melakukan apa‐apa. Saat itu dia berkata, justru dengan kepasrahan itu ilmu sejati muncul. Wah saya tambah bingung lagi saat itu. Masak kepasrahan bisa memunculkan ilmu. Kalau bisa ya ilmu pasrah itu tadi, ha ha ha.... Untuk teman saya, Yunus, salam hormat saya untukmu.



Suatu sore, teman saya mengantar seorang bapak yang dalam keadaan lemas karena katanya sakit usus buntu. Saya bilang, mengapa tidak dioperasi. Bapak itu bilang takut operasi dan tidak ada biaya. Teman saya bilang supaya saya mau menolong bapak itu. Saya katakan bahwa saya tidak bisa apa‐apa. Tetapi bapak itu juga bilang bahwa dia yakin saya bisa melakukannya. Apa yang harus saya lakukan? Saya bingung. Dulu waktu saya sakit liver saya tidak bisa berbuat apa‐apa, sekarang malah ada orang yang datang ke rumah saya. Saya masuk ke kamar sebentar untuk berdoa, apa yang harus saya lakukan. Seperti mendapat insight, kemudian saya katakan pada bapak itu bahwa saya hanya mengajak kepada bapak untuk menuju dalam keadaan pasrah. Penyembuhan datangnya dari Tuhan. Bapak itu mengatakan,"saya pasrah apa yang akan Pak Agung lakukan".



Sebenarnya tidak ada yang saya lakukan. Kami bertemu sebanyak 10 kali, tiap malam. Bapak itu saya ajak berdoa bersama, kemudian saya menempelkan tangan pada perutnya. Tanpa konsentrasi untuk menyalurkan tenaga. Itu saja. Lambat laun, bapak itu kelihatan bergairah, tenaganya mulai pulih. Lalu dengan
tiba‐tiba setelah sepuluh hari itu, saya ketemu bapak itu sudah main bola. Katanya, puji Tuhan, dia sudah sembuh. Kata dokternya juga sudah tidak perlu operasi.



Saya juga baru menyadari sebuah proses. Proses perjalanan. Memang perjalanan itu dimulai dari rasa jenuh. Benar‐benar jenuh. Kemudian dengan tidak sadar, yang akhirnya saya menyadari bahwa saat itu saya tidak sadar melampaui rasa jenuh saya. Kejenuhan yang membawa saya dalam rasa rileks. Yang membawa saya dalam keadaan tanpa mengetahui. Yang ternyata, dengan keadaan itu, saya bisa berpikir jernih, menilai tanpa menghakimi, tanpa latar belakang pengetahuan tenaga dalam.



Kepasrahan yang memang menjadi dasar bagi apa saja, yang membawa saya bisa menikmati rasa sehat. Dan, kejenuhan itupula yang membawa saya bertemu dengan guru saya. Walaupun banyak yang mengharap macam‐macam dari beliau. Beliau hanya mengajak untuk sadar setiap waktu, pasrah setiap
waktu. Karena dengan pasrah itu, kata beliau, kita terhubung dengan akal universal. Dengan energi alam. Dan sesuatu akan terjadi pada diri. Tentunya bukan kesaktian, tetapi peningkatan kesadaran. Perjalanan ke dalam diri!



Saya juga baru mengerti, mengapa justru pada saat saya pasrah, teman saya Yunus mengatakan saya punya ilmu. Dan seorang Bapak sembuh pada saat saya juga pasrah tidak bisa menyembuhkan dia. Walaupun para praktisi tenaga dalam akan mengatakan kalau mereka juga bisa melakukan penyembuhan dengan konsentrasi. Entah itu konsentrasi dengan warna, dengan titik‐titik tubuh, dengan penyapuan energi pasien, dengan air garam. Ya, kekuatan pikiran bisa memperbaiki kerusakan fungsi tubuh. Ingat, kekuatan pikiran akan membantu itu semua. Kekuatan pikiran itu akan pindah kepada fungsi yang rusak. Kekuatan itu
akan pindah di sana. Selama kekuatan pikiran itu di sana, fungsi akan membaik. Tetapi sampai kapan? Kekuatan pikiran ada batasnya. Penyembuhan yang permanen datang dari diri sendiri, bukan dari kekuatan pikiran orang lain. Tidak disadari, orang yang disembuhkan dengan konsentrasi, dengan pemindahan kekuatan pikiran seperti itu, akan sakit lagi dalam jangka waktu yang bermacam-macam. Mungkin beberapa bulan, beberapa tahun. Tergantung kekuatan pikiran si penyembuh. Sekali lagi, itu bukan penyembuhan holistik, terpadu. Hanya memberi interval sehat.



Lewat kepasrahan, kita diajak untuk menyayangi diri sendiri. Mengenal sinyal‐sinyal badan, kebutuhannya. Kalau capek ya istirahat, kalau kurang air ya minum. Jurus Diam adalah kepasrahan. Pasrah bukan berarti tidak melakukan apa‐apa. Tetapi sadar dalam melakukan sesuatu dan hanya bersandar kepada Tuhan. Justru di sanalah kekuatan alam bekerja. Kekuatan alam yang gratis sebenarnya dapat kita akses dengan mudah. Tidak perlu beaya, tidak perlu ada pembukaan 'jalur' khusus tubuh. Tidak perlu membangkitkan sesuatu. Yang perlu
dibangkitkan ya kesadaran kita untuk pasrah itu. Sebenarnya hanya dibutuhkan swicth on ke pasrah. Setelah itu kekuatan alam akan mengalir sendiri. Tentunya kalau ingin peredaran darah kita lancar ya kita tetap butuh gerak badan untuk melancarkannya. Makanya ada gerakan Yoga, dan ada gerakan Tenaga Dalam ini.



Ada metode penyembuhan Reiki yang dasarnya kepasrahan juga. Padahal itulah makna dari tenaga dalam secara transcendental. Di Indonesia, Reiki jadi macam‐macam. Yang semula dengan dasar kepasrahan, jadi tercampur dengan konsentrasi. Ada yang berbaur dengan titik tubuh, dengan warna, bahkan konsentrasi dengan hawa panas atau dingin yang dihasilkan. Reiki yang tidak pasrah, sudah bukan Reiki lagi. Tenaga dalam yang tidak pasrah juga bukan tenaga dalam lagi. Jelas, kalau kita katakan tenaga dalam, bukan tenaga dalam
seperti dewasa ini. Tenaga dalam berarti tenaga yang ada di dalam. Apa itu, ya batin kita. Bukan berarti batin akan mengeluarkan tenaga hebat dan sakti. Tetapi akan mengeluarkan suara yang sanggup kita dengar. Dan itu terjadi dalam kondisi pasrah, hening. Zen!



Dengan semangat kepasrahan, akhirnya saya harus melampaui bentuk segala macam demo tenaga dalam yang kadang banyak mengelabui penonton. Saya harus jujur, saya tidak mau masyarakat tetap menjadi lahan penipuan oknum yang berdalih menunjukkan ilmunya, sekedar mencari untung pribadi. Nanti kita akan sedikit menguak tentang demo tenaga dalam. Bagaimana hal itu dilakukan dan atas dasar apa. Bukan untuk menelanjangi sesuatu, namun harapan saya semoga kita jadi semakin sadar dengan apa sebenarnya tenaga dalam itu. Kemudian kalau demo itu dilakukan ya atas dasar prinsip pertunjukan hiburan yang tanpa mengikut sertakan tenaga dalam. Memang hal itu terjadi karena rumus‐rumus yang sederhana saja.



Selasa, 09 Agustus 2011

HYPNOMOTIVASIMASSAL

Istilah hypnosis semakin populer dalam beberapa tahun terakhir. Ini disebabkan oleh beberapa acara televisi dan bacaan koran yang menghadirkan aksi – aksi menghebohkan yang dilakukan oleh seseorang yang dihipnotis. Masyarakat pun membicarakan apa yang mereka tonton dan berusaha menarik kesimpulan tentang hypnosis.

Kebanyakan orang memandang kata ’hypnosis’ dengan cara pandang yang negatif. Orang – orang masuk dalam mitos dan pandangan yang salah tentang hypnosis. Tentu saja, kita tidak dapat menyalahkan pandangan – pandangan tersebut begitu saja.

Nyatanya, ada orang – orang tertentu yang sengaja atau tidak sengaja membentuk mitos – mitos tersebut. Misalnya, orang yang melakukan hypnosis menggunakan atribut – atribut berwarna hitam, dari kepala sampai kaki sehingga terkesan menyeramkan. Selain itu, informasi yang dimiliki masyarakat terbatas, sehingga orang – orang yang membahasnya, cas cis cus tentang hypnosis akhirnya memiliki kesimpulan yang keliru.

Berkaitan dengan hal tersebut, usaha untuk mensosialisasikan hypnosis secara benar merupakan hal yang cukup penting. Demitosisasi (usaha untuk mengubah mitos hypnosis) dan Demistifikasi (usaha untuk mengubah pandangan hypnosis adalah mistik) merupakan salah satu cara untuk mengubah pandangan masyarakat tentang hypnosis.

Sampai dengan hari ini masih banyak kalangan yang menganggap bahwa Hypnosis atau Hipnotisme berkaitan dengan magic atau mistik. Padahal sejak tahun 1958 Hypnosis telah diakui di USA sebagai salah satu metode untuk kepentingan terapi. Bahkan pada saat ini beberapa Universitas di USA telah membuka program Diploma maupun Doctoral dibidang Hypnosis.

Fenomena Hipnotisme (Trance) tidak ada hubungannya samasekali dengan magic atau mistik, tetapi suatu kondisi mental dimana perhatian seseorang menjadi sangat terfokus dan pikiran bawah sadar (Sub-Concious Mind) bekerja lebih dominan.

Ada terbersit penasaran diantara kita, bagaimanakah rasanya dihipnosis? Pada dasarnya secara alamiah manusia sering mengalami kondisi trance atau terhipnosis dalam kehidupan sehari – hari. Pernahkah anda mengalami seperti dibawah ini :

Khusyuk ketika berdoa
Asyik saat memancing atau mengerjakan hobi hingga lupa waktu
Asyik membaca buku, hingga tak terdengar orang yang memanggil
Terhanyut emosi, ketika dalam menonton televisi
Saat anda sedang gundah, tiba – tiba teman anda datang dan menyampaikan sesuatu kemudian anda menjalankan saran tersebut
Anda membeli produk dengan merek tertentu tanpa bisa menjelaskan secara rasional & argumentatif dalam pemilihan tersebut
Anda membayangkan atas apa yang anda rencanakan, kemudian anda mendapati kejadian seperti yang anda rencanakan

Bila Anda pernah mengalami satu saja di antara fenomena tersebut, ini berarti Anda pernah mengalami fenomena HIPNOSIS, terlepas pandangan atau pemikiran anda tentang HYPNOSIS. Trance adalah fenomena yang normal dan alami, dalam kehidupan sehari-hari semua orang sering mengalami trance tanpa disadari, yaitu ketika sedang menonton film yang menarik, menyetir mobil, membaca buku, bekerja didepan komputer dll.

Ormond Mc Gill seseorang yang dijuluki Dekan Hypnotis Amerika mengatakan ”Tidak mudah memberi pengertian tentang HYPNOSIS, namun HYPNOSIS tak ubahnya seperti listrik, sedikit orang yang bisa menjelaskannya dengan mudah, namun yang jelas listrik memiliki DAYA yang dapat dimanfaatkan. Demikian pula HYPNOSIS ”.Listrik tentunya netral, menjadi berguna atau berbahaya sangat tergantung yang memakainya, demikian pula Hypnosis.

HYPNOSIS = PROSES ILMIAH

Otak manusia menghasilkan empat jenis gelombang :
Betha, frekuensi 12-25 hz,
dominan pada saat kita dalam kondisi aktif. Jika kita hanya beroperasi pada gelombang beta, maka akan menghasilkan kehidupan yang penuh dengan kekuatiran, ketegangan, dan pikiran yang tidak fokus.
Alpha, frekuensi 8-12 hz
dominan pada saat kita rileks. Beroperasi pada gelombang alpha akan membantu kita untuk fokus dan mengarahkan diri pada hal tertentu.
Theta, frekuensi 4-8 hz
dominan saat kita dalam kondisi hypnosis, meditasi dan tidur disertai mimpi. Beroperasi pada gelombang theta akan membuat kita menjadi sugestif dan fokus.
Delta, frekuensi 0,1-4 hz
dominan pada saat kita dalam kondisi tidur lelap.

Keempat jenis gelombang ini kita perlukan dalam aktivitas 24 jam. Contoh sederhana : aktivitas fisik yang intens seperti bermain dan berolahraga memerlukan pembentukan betha dominan, pelukis dan pencipta lagu memerlukan pembentukan alpha dominan, meditasi atau doa yang khusuk memerlukan pembentukan theta dominan, tidur memerlukan pembentukan delta dominan.

Hypnosis tidak lebih dari sebuah usaha menciptakan kondisi theta yang dominan sehingga lebih fokus dan sugestif. Jadi, tidak melibatkan ilmu gaib!

MEMAHAMI CARA KERJA PIKIRAN

Sigmund Freud dan banyak ahli psikologi lain menyatakan bahwa pikiran manusia terdiri dari pikiran sadar dan bawah sadar. Pikiran sadar dan bawah sadar berkomunikasi satu dengan yang lain. Misalnya pikiran sadar mengirimkan pesan/berita pada pikiran bawah sadar untuk menggerakkan otot-otot di sekitar mata untuk membaca koran. Namun, pikiran bawah sadar tidak selalu sejalan dengan pikiran sadar. Kadang-kadang pikiran bawah sadar sudah memiliki ”program” sendiri – emosi, kebiasaan, dan kepercayaan yang sudah tertanam sebelumnya. Dan perlu diketahui bahwa ternyata 88% pikiran bawah sadar mempengaruhi sikap & perilaku manusia dari pada pikiran sadarnya.

Seperti komputer, pikiran manusia sebenarnya terdiri dari program-program yang ”di-install” ke dalamnya. Pemrograman itu dimulai saat seseorang masih dalam masa kanak-kanak. Pengasuhan orang tua dan perlakuan orang yang lebih dewasa di sekitarnya biasanya mudah diinstal pada masa kanak-kanak.

Pertanyaannya adalah program apakah yang dimasukkan : positif atau negatif? Harap dicatat, para ahli psikologi umumnya sepakat bahwa masa kanak-kanak khususnya 5 tahun pertama cukup berpengaruh dalam kehidupan seseorang di masa-masa berikutnya. Oleh karena itu, bisa ditebak bagaimana pengaruh dari program positif atau negatif yang sudah ter-instal dalam pikiran.

Menariknya, program-program yang sudah ter-instal tersebut – sama seperti komputer –bisa diganti/diubah dengan program baru. Salah satunya adalah dengan mengakses bawah sadar melalui hipnosis. Maka, bisa ditebak bahwa hipnosis bisa digunakan untuk terapi, yaitu memprogram ulang pikiran dengan cara mengganti program negatif menjadi program positif.


Empowering for self building & hypnomotivation.

Format: workshop, serasehan dan hipno massal.

Peserta: Mahasiswa dan umum Durasi: 6jam.

Instruktur: Hisyam A Fachri (Cucu Buya Hamka)
MindTherapy PsychologyJasa Psikologi Indonesia, President Association Hypnosis & Hypnothery, Asosiasi Tarot Nusantara Indonesia, Penulis buku Hipnosis dan Tarot Psikologi ,Pencipta Tarot Nusantara,-Pemecah Rekor MURI membaca pikiran bawah sadar-

SINOPSIS
Kepemimpinan adalah sesuatu yang dibutuhkan dalam sebuah organisasi dan merupakan harga mutlak menjadi seorang pemimpin. Baik organisasi dalam lingkup kecil seperti keluarga, maupun organisasi dalam lingkup besar seperti negara. Menjadi seorang pemimpin, tidak hanya memerlukan hard skill, seperti nilai kognitif yang tinggi, namun, juga diperlukan soft skill yang tinggi.
Yang paling utama dan mendasari kepemimpinan adalah kemampuan memimpin diri sendiri. Masing-masing individu seharusnya memiliki tujuan yang harus dicapai dalam hidupnya dan memilih cara apa yang ditempuh untuk mencapai tujuan hidupnya. Namun sayangnya, pikiran dan sikap negatif sering menjadi penghambat untuk mencapai tujuan tersebut. Karena itulah, dibutuhkan motivasi dari alam bawah sadar yang kuat untuk yakin bahwa setiap inidividu mampu mencapai apa yang mereka inginkan dan mampu memimpin diri sendiri menuju cita-cita hidup yang sejahtera dan bahagia.

Dari latar belakang tersebut, Perguruan Pencak Silat PANCA SUCI bermaksud mengadakan program Hypnotherapy. Kami yakin setelah mengikuti Hypnotherapy ini para mahasiswa dan masyarakat umum dapat memiliki goal achievement dalam perjalanan kehidupan, memaksimalkan potensi diri, membiasakan berpikir positif dalam memandang setiap hal dalam keseharian ,serta mereduksi pikiran-pikiran negatif yang seringkali menghambat diri untuk melakukan sesuatu yang luar biasa dalam hidup.

Materi:
Pendekatan Sistematik Pikiran dalam rangka mengetahui dinamika kepribadian dan solusi penanganannya.

Menemukan "SIAPA SAYA" (menggunakan alat tes psikologi, teori kepribadian & perkembangan menjadi dasar kenapa kok SAYASEPERTIINI?!).

Menghilangkan perasaan & pikiran negatif (Menggunakan teknik relaksasi).

Menemukan & menyadari akan potensi-potensi diri.

Membuat tujuan hidup dan cara mencapainya (metode Mind Mapping untuk mencapai tujuan hidup).
HYPNOMOTIVASIMASSAL.





 HYPNOMOTIVATION for Teens

Aplikasi terapan hipnosis untuk memacu motivasi belajar.

Format: hipnomasal,

Peserta: siswa setingkat SMP dan SMA, Waktu: 3 jam

Instruktur: Hisyam A Fachri (Cucu Buya Hamka)

Mind Therapy Psychology Jasa Psikologi Indonesia ,President Association Hypnosis & Hypnothery, Asosiasi Tarot Nusantara Indonesia, Penulis buku Hipnosis dan Tarot Psikologi, Pencipta Tarot Nusantara,-Pemecah Rekor MURI membaca pikiran bawah sadar-

Masa remaja merupakan masa yang sangat rentan, ketika perkembangan biologis, psikologis dan perkembangan sosialnya menuntut dirinya untuk menyesuaikannya, seorang remaja memiliki tuntutan untuk senantiasa berprestasi, khususnya dalam lingkup akademis.

Tidak bisa dipungkiri, bahwa prestasi akademis seorang remaja menjadi tolak ukur keberhasilan mereka. Dan baik secara langsung ataupun tidak langsung hal tersebut membangun konsep dirinya, apakah menjadi positif ataupun negatif. Konsep diri inilah yang nantinya membentuk mentalitas remaja baik dalam kehidupan mereka sekarang atau selanjutnya.

Memprogram ulang pikiran manusia merupakan hal yang sangat penting, untuk men-set mental remaja bahwa dirinya mampu dan bisa berprestasi. Dengan hipnosis hal ini dapat dilakukan, yaitu dengan meng-install ulang pikiran mereka yang sudah menganggap bahwa mereka bodoh, tidak mampu, pelajaran matematika sangat sulit, pelajaran Bahasa Inggris sangat membosankan, saya tidak akan pernah bisa belajar dengan guru killer, ngapain harus giat belajar “toh” papa mama tetap bertengkar terus.

Program apapun yang telah diset dalam pikiran remaja, akan berimplikasi pada sikap & perilaku remaja. Dan hal tersebut, tidak cukup dapat diubah dengan hanya diberikan ceramah, teguran bahkan kemarahan yang ditujukan pada mereka. Dengan Hypno Motivasi, metode tersebut dapat meng-install ulang pikiran remaja untuk memiliki mentalitas positif yang berimplikasi pada sikap & perilaku khususnya dalam berprestasi. Selain itu, hipnosis dapat membangun mental yang kuat, tegar dan sabar walaupun banyak halang rintang yang harus dihadapi untuk berprestasi.
Kegiatan ini bertujuan: Sebagai sarana sosialisasi masyarakat tentang hipnosis dan menghancurkan mitos hipnosis yang tidak benar disamping mengenalkan kemasyarakat, tentang pemanfaatan hipnosis.
Memberikan motivasi belajar pada siswa/i khususnya khususnya dalam bidang akademis terutama kelulusan studi mereka .Sedangkan manfaat bagi peserta:

Bagi siswa/i dapat menjadi lebih termotivasi dalam berprestasi, serta dapat terbangun mentalitas yangs ehat dan positif khususnya dalam menjalani kehidupan mereka.

Bagi pihak sekolah, dapat terbantu dalam proses terapi mental & psikologis sebagai pelengkap proses pendidikan yang telah dilakukan.

Bagi orang tua, dengan mentalitas & motivasi yang telah terbangun maka orang tua dapat mengarahkan putra/i-nya dalam berprestasi.






Minggu, 07 Agustus 2011

Melampaui Tenaga Dalam Untuk Hidup Berkesadaran "JAKARTA 1993"

Tulisan ini adalah buah Karya dari Pak Agung Webe dan Aku telah meminta kesediaannya untuk Ku share di Blog sederhana ini dan ini kata-kata dari Pak Agung Webe: Agung Webe Silahkan apabila tulisan dari buku pertama saya yg saya buat free ebook itu bermanfaat, silahkan di share. Bahkan kalau mau tidak dicantumkan sumbernya silahkan saja. Atau kalau mau ditulis itu adalah karya anda ya silahkan. Saya jamin saya tidak akan menuntut kok.
Bagi saya sepanjang itu bermanfaat dan berdaya guna silahkan dipakaisalam.


 "JAKARTA 1993"

Saya mulai meninggalkan Yogya untuk bekerja di Jakarta pada tahun 1993.
Saya jauh dari teman‐teman yang hampir setiap malam berdiskusi dan berlatih
tenaga dalam. Saya dan beberapa teman waktu itu juga sempat mendirikan
tenaga dalam Rasa Sejati yang sekarang sudah bubar. Beberapa dari diskusi kami
ada yang menghasilkan pemahaman baru, juga pertanyaan‐pertanyaan baru
seputar tenaga dalam. Yang jadi menggelitik kami waktu itu, karena kami belum
bekerja, seorang teman bertanya, "kalau sudah bisa mementalkan orang dan
matahin besi, bisa diterima kerja di bank tidak ya?" Kami semua tertawa dengan
sindirannya itu. Tapi betul juga. Kami mulai berpikir. Apa yang kami lakukan ini
sebenarnya bermanfaat bagi kehidupan kami atau tidak.

Dengan kesibukan baru sebagai karyawan baru, tentunya banyak menyita
waktu saya untuk lebih serius dengan pekerjaan baru ini. Beberapa bulan hampir
tidak pernah untuk berpikir tentang tenaga dalam. Namun hal itu banyak
memberikan waktu bagi saya untuk merenungi setiap langkah yang sebelumnya
pernah saya lakukan. Benar juga apa yang dikatakan teman saya dulu, sekarang
dalam pekerjaan saya, saya tidak perlu mementalkan orang, matahin besi. Lalu
kalau demikian, untuk apa sebenarnya latihan tenaga dalam itu bagi orang kerja
seperti ini? Kesehatan? Itulah yang ditawarkan latihan‐latihan dewasa ini. Tapi
yang mengeluarkan keringat, pagi harinya ya pasti badan akan segar. Tidak
bisakah kita sehat dengan latihan‐latihan itu. Kalau olah nafasnya disertai gerakan 
gampang loyo. Sebenarnya masalah kesehatan tidak selesai sampai di situ saja.
Penyebab sakitnya belum ketemu. Kalau penyakit itu ditimbulkan oleh pikiran,
dan latihan‐latihan itu hanya menjadi pelarian supaya ada kegiatan sehingga tidak
memikirkan suatu masalah, masalah itu akan menumpuk dan menjadi sampah
dalam diri. Lama kelamaan akan menjadi seperti timbunan yang siap meledak.
Tinggal tunggu waktu. Kita hanya menunda masalah yang ada. Kita sedang
menyulut bom waktu.
Baru setahun saya kerja, pada suatu pagi badan saya rasanya tidak enak
sekali. Seperti gejala masuk angin. Kadang muntah dan keluar keringat dingin.
Saya pikir, karena kurang olah raga. Setahun ini memang saya jarang untuk
menggerakkan badan. Kemudian timbul dalam benak saya untuk kembali
melakukan gerakan jurus tenaga dalam. Siapa tahu badan akan kembali fit lagi.
Benar juga, dalam empat hari badan saya mulai segar, dan bisa masuk kerja lagi.
Seminggu kemudian, tidak pernah terbayangkan sebelumnya. Saya kembali
muntah‐muntah dan sampai tidak bisa berdiri. Muka pucat sekali. Badan lemas
tidak bisa apa‐apa, tetapi belum pingsan. Langsung saya menuju klinik untuk
diperiksa darah. Saat itu juga, dokter mengatakan bahwa saya harus dirawat inap!
Fungsi hati saya tidak normal. Kata orang kena penyakit kuning, atau
hepatitis A. Lalu menurut USG, hati saya mengalami pembengkakan. Saya harus
istirahat total di tempat tidur di rumah sakit sampai sembuh total. Di RS ST.
CAROLUS Jakarta, saya sempat dirawat seminggu lamanya. Karena tidak betah, saya minta untuk pulang ke Yogya dan dirawat di sana. Sebenarnya pihak rumah
sakit tidak mengijinkan, tapi saya memaksanya. Alhasil saya bisa pindah ke Yogya
meskipun harus naik kereta api, sendirian!
Kata dokter di Yogya, ini terjadi karena kerja yang terlalu diforsir. Tubuh
butuh istirahat yang cukup. Benar juga, waktu pertama ada tanda‐tanda itu, saya
malah melakukan latihan yang memaksa untuk mengeluarkan keringat. Latihan
berat sebetulnya. Dan itu ternyata malah memperburuk keadaan saya.
Sudah hampir sebulan saya di rumah sakit. Orang tua juga mulai khawatir,
mengingat sakit saya yang menurut dokter belum ada perbaikan. Lalu dengan
tanpa sepengetahuan dokter, mulailah mencari penyembuhan alternatif. Dari
mulai pijat syaraf, jamu, japa mantra, tenaga batin dan paranormal yang didatangi
ibu saya di pegunungan Wonosari, semuanya tidak membantu sedikitpun. Teman teman
dari praktisi tenaga dalam juga mencobanya, tapi tidak berhasil. Saya
kemudian mencoba melakukan sendiri untuk menyembuhkan penyakit saya.
Hasilnya buruk sekali. Malam itu saya malah masuk dalam masa kritis.
Suhu badan saya meningkat di atas 40 drajad. Saya mulai tidak sadarkan
diri. Tidak bisa apa‐apa. Sesaat yang bisa saya dengarkan hanya keluarga saya, Ibu
saya, Bapak, tiga adik saya dan pacar saya (sekarang isteri saya), semuanya
menangis. Saya mendengar itu. Tapi saya tidak tahu yang mereka tangisi itu apa.
Entah sudah berapa lama saya tidak sadarkan diri. Menurut mereka saya
pingsan karena suhu badan saya yang tinggi, yang sebelumnya saya juga sempat mengigau katanya. Kemudian saya mulai bisa membuka mata, dan mereka bilang
Alhamdulillah. Saya masih lemas. Saya lihat kakek saya sudah duduk di samping
saya, masih meletakkan kedua telapak tangannya di atas perut saya. Ya,
sebelumnya kakek tidak melakukan itu pada waktu awal‐awal saya masuk rumah
sakit. Mengapa? Kenapa kakek tidak melakukan penyembuhan kepada cucunya
ini. Saya kemudian bertanya padanya,
"Kenapa tidak dari dulu saya disembuhin kek?"
"Kakek tidak menyembuhkan kamu, kakek hanya membantu kamu melewati
masa kritis ini. Yang bisa menyembuhkan kamu hanya dirimu sendiri. Kamu belum
sembuh. Tergantung kamu sekarang. Tidak ada yang bisa membantumu.
Pasrahkan semua pada Yang di Atas."
Saya diam. Mencoba mengerti apa yang diucapkannya. Setelah itu, yang
sebelumnya saya sangat khawatir dengan hilangnya pekerjaan saya, saya mulai
bisa rileks. Kalau dengan lamanya saya sakit ini saya kemudian dikeluarkan dari
pekerjaan ya sudah. Status saya memang masih belum karyawan tetap, masih
dalam masa ikatan dinas. Dan sekarang saya sakit selama hampir empat bulan.
Saya kemudian bisa menikmati sakit saya. Benar‐benar menikmatinya. Sering
ketemu dengan dokter malah menambah pengetahuan saya tentang penyakit dan
cara kerja tubuh ini. Dan semua itu semakin menambah rasa "nyaman" saya
dalam menjalani sakit ini.
Akhir bulan keempat, dokter menyatakan pembengkakan di liver saya
sudah mulai menurun.. Belum sembuh total, saya masih harus banyak istirahat.
(Sebagai catatan, saya dirawat inap di rumah sakit PKU Muhammadiyah Yogya selama satu bulan dan masa kritis saya terjadi setelah tiga hari pulang dari rumah
sakit).
Banyak waktu lagi di rumah menyebabkan saya kembali bisa ngobrol
dengan kakek. Banyak yang beliau sampaikan. Tetapi yang selalu ditekankan
adalah bahwa sesuatu yang menimpa kita adalah hasil perbuatan kita sendiri.
Berarti penyakit saya juga hasil perbuatan saya? Saya belum mengerti dengan hal
ini. Bagaimana hal itu bisa terjadi. Beliau mengatakan saya akan mengerti kalau
saya diam. Tentu saja bukan diamnya fisik ini.
Saat itu saya baru mengerti bahwa latihan tenaga dalam tidak bisa
menyembuhkan penyakit infeksi. Terbukti dengan diri saya. Infeksi hati yang saya
derita menjadi semakin parah setelah saya melakukan latihan gerak beberapa
hari, yang harusnya saya istirahat total. Mulai saat itu juga saya bertanya dalam
diri saya, apa ada yang salah dalam latihan tenaga dalam. Yang salah yang mana,
metode atau cara saya menghayatinya?
Dalam satu obrolan dengan kakek, beliau mengatakan tidak ada yang salah.
Semua latihan itu adalah proses yang tidak pernah berhenti. Hanya saja saya
belum melebur di dalamnya. Belum mengerti makna yang harus saya pelajari dari
setiap latihan itu. Kelak dalam beberapa tahun kemudian saya baru bertemu
dengan seorang Guru. Beliau yang memberikan pemahaman dan cara pendang
baru untuk kehidupan ini, sehingga saya bisa melampaui latihan tenaga dalam,
memberi makna secara Transcendental. Lewat beliau juga akhirnya saya menemukan pemahaman antara tenaga dalam dan Yoga, latihan pola nafasnya
yang merupakan pembersihan dan asimilasi dari Kriya.
Kembali kepada keadaan saya di Yogya,
Sudah genap enam bulan saya sakit. Lama memang. Dan keadaan saya
sudah mulai membaik. Dokter mengatakan saya sudah diijinkan untuk kembali ke
Jakarta. Namun jangan kerja terlalu berat dulu. Mungkin butuh dua bulan lagi
katanya. Atas keputusan dokter itu kemudian saya kembali ke Jakarta.
Di Jakarta, dokter perusahaan memberi saya waktu untuk istirahat dua
bulan lagi. Tetapi saya disuruh untuk mencoba bekerja dengan tidak mengikat.
Kalau letih ya istirahat atau pulang. Demikian saya mencoba untuk mengikuti kata
dokter sampai dua bulan. Total saya sakit dan tidak masuk kerja adalah delapan
bulan. Waktu yang lama untuk seorang pegawai yang baru dalam ikatan dinas.
Tetapi Puji Tuhan, saya kemudian tidak menghadapi persoalan dengan bagian
personalia dalam meneruskan jenjang karier saya.
Tubuh saya sakit. Demikan pikir saya setelah beberapa bulan berselang.
Mengapa ini terjadi? Bukankah latihan tenaga dalam yang saya lakukan, ataupun
kemampuan saya untuk menyembuhkan seharusnya bisa menanggulanginya? Apa
yang salah? Kemudian teringat kata Kakek, ya mungkin semua ini ada hikmahnya.
Tetapi apa? Banyak pertanyaan berkecamuk dalam diri yang tidak terjawab. Tidak
mungkin latihan saya selama ini tidak berguna. Tetapi untuk kasus seperti ini
mengapa tidak bisa? Kemudian perlahan‐lahan saya merasa tidak butuh lagi
latihan‐latihan itu. Saya bingung juga, tidak butuh atau tidak ingin melakukan
latihan. Yang jelas dengan pengalaman‐pengalaman yang lalu, saya jenuh. Benar, saya jenuh. Saat itu saya mencapai titik jenuh. Akhirnya saya hidup apa adanya.
Maksud saya, pandangan saya terhadap sesuatu tidak dilatar-belakangi pendangan
tenaga dalam. Kalau dulu, setiap berada di suatu tempat saya pasti akan
merasakan apakah tempat ini 'berenergi' baik atau jelek. Kemudian kalau ketemu
orang akan mencoba merasakan tenaga orang tersebut. Lalu akan mencoba
apakah suatu tempat ada makhluk halusnya apa tidak.
Sekarang dengan kejenuhan saya, saya hidup apa adanya. Saya benarbenar
melupakan hal‐hal itu semua. Dan, saya ternyata merasakan rileks. Plong!
Tidak ada yang mengejar terhadap pikiran‐pikiran saya. Saya rileks dengan
keadaan tanpa mengetahui ini.......

Selasa, 12 Juli 2011

Melampaui Tenaga Dalam Untuk Hidup Berkesadaran "PECAHNYA PERGURUAN"

Tulisan ini adalah buah Karya dari Pak Agung Webe dan Aku telah meminta kesediaannya untuk Ku share di Blog sederhana ini dan ini kata-kata dari Pak Agung Webe: Agung Webe Silahkan apabila tulisan dari buku pertama saya yg saya buat free ebook itu bermanfaat, silahkan di share. Bahkan kalau mau tidak dicantumkan sumbernya silahkan saja. Atau kalau mau ditulis itu adalah karya anda ya silahkan. Saya jamin saya tidak akan menuntut kok.
Bagi saya sepanjang itu bermanfaat dan berdaya guna silahkan dipakai
salam.



PECAHNYA PERGURUAN

Para murid tenaga dalam yang sudah mencapai kependekaran akhirnya
banyak yang memisahkan diri dari induknya. Bukan karena ingin mengembangkan
visi dari induknya, tetapi karena sudah merasa mampu dan merasa lebih dari yang
lainnya. Terbukti akhirnya dengan munculnya berbagai nama perguruan dewasa
ini. Sekali lagi, hal itu semata karena ego, keakuan yang merasa telah lebih.
Kita akan mencermati perkembangan sekian banyak nama perguruan
tenaga dalam yang ada. Tetapi ada pula yang berdalih bahwa hal itu wajar saja
terjadi karena telah mendapatkan ilmu baru yang memang harus dikembangkan.
Boleh‐boleh saja, tolak ukurnya hanya satu. Apabila pendirian perguruan itu
karena ingin mendapat nama, pengakuan, uang dan orientasi materi, bukan
karena untuk berbagi rasa, untuk membuka suatu kesadaran baru, untuk
meningkatkan kesadaran, jelas hal itu karena keakuan yang tinggi.

Ada juga yang mengatakan bahwa hal itu dilakukan untuk menyehatkan
masyarakat. Lihat saja, apabila dengan apa yang dikatakan sehat itu menambah
kesadaran, tidak malah memerosotkannya dengan tambahan ilusi tentang 'sehat'.
Ilusi tentang 'sehat', adalah apa yang dianggap bisa menyelesaikan segala macam
berbagai macam penyakit dalam dirinya. Namun apabila dilihat dengan latihan
penyakit. Bisa saja, seseorang melakukan tindakan untuk mencegah timbulnya 
konsentrasi semacam itu, tidak menyelesaikannya. Latihan‐latihan konsentrasi
yang dilakukan akan menguatkan lapisan energi dalam diri seseorang. Apabila
penyakitnya berada dalam tubuh yang lebih dalam, yaitu lapisan mental ataupun
spiritual, ia tidak akan muncul dalam tataran fisik karena terhalang oleh lapisan
energi atau pikiran yang kuat. Dan hal itu bukan berarti selesai. Hal itu hanya
memberi interval sehat, menunda saja. Kesehatan yang dihasilkan tidak bersifat
holistik, menyeluruh. Padahal, makna tenaga dalam adalah memberikan
kesehatan secara holistik, terpadu, meyeluruh, sebagai makna yang sebenarbenarnya.
Tentang kesehatan akan kita selami dalam bab berikutnya.

Tahun 1990, saya bertemu dengan Eyang Atmo Wasi (Beliau kakek dari
isteri saya. Tahun 1990 saya masih pacaran, jadi beliau kakek dari pacar saya),
seorang kakek yang merupakan salah satu penasehat, yang dituakan dalam dunia
tenaga dalam di Yogyakarta. Beliau termasuk di dalam orang pertama yang
mengusung tenaga dalam di Yogya setelah pertama muncul dari daerah Jawa
Barat. Setelah di Yogya ini, tenaga dalam berkembang pesat dan mengalami
beberapa kali perpecahan sampai jumlahnya yang sangat banyak dewasa ini.
Dengan berganti nama, mengganti beberapa jurus, ganti motto, ganti visi, dan
merambah di kota‐kota sekeliling Jawa, akhirnya sampai juga ke Ibu Kota, Jakarta.

Beliau mengatakan, pada mulanya hanya ada satu nama, satu perguruan.
Seorang yang dihormati karena telah mengembangkan tenaga dalam dengan
cirinya yang mempunyai 10 gerak, (walaupun sekarang ada yang dipadatkan
menjadi 4 atau 5). Beliau adalah Bapak Andadinata. Tahun 1930 beliau mulai mengembangkan tenaga dalam dari daerah Cicalengka yang kemudian jurusjurusnya
sampai sekarang mewarnai hampir seluruh perguruan tenaga dalam di
Indonesia. Berarti sekali perjuangan beliau untuk mengembangkan tenaga dalam
yang beliau olah untuk konsumsi masyarakat Nusantara. Beliau begitu memahami
masalah masyarakat dan apa yang dibutuhkannya pada waktu itu. Pada waktu
negara masih belum aman dari penjajahan, pada waktu masyarakat kita masih
bergerilya melawan penjajah, kemudian terus pada masa pasca kemerdekaan.
Kebutuhan dan apa yang harus dilakukan untuk meningkatkan kesadaran
masyarakat waktu itu beliau salurkan melalui gerakan yang tertuang dalam 10
jurus tenaga dalam. Salam hormat kepada beliau, Bapak Andadinata. Seandainya
beliau masih ada, pasti beliau akan berjuang lagi untuk mengembalikan tenaga
dalam sesuai makna awalnya. Beliau pasti akan menyesuaikan sesuai jamannya,
sesuai kebutuhannya. Namun tidak menghilangkan ciri Nusantaranya.

Di Yogya, pada waktu itu ada satu nama, yang diusung langsung dari
Cicalengka, ML. Berkembangnya ML lalu mencetak sekian banyak orang yang
telah dipercayai untuk mengembangkannya. Lalu berkembang lagi menjadi PS. PS
ini kemudian mencoba merambah keluar sampai Jakarta dan kota lainnya. Lalu PS
berkembang lagi menjadi SP. Di SP sempat terjadi sedikit pengembangan paham
yang akhirnya muncul MP. Pada masa sebelum 1986, tenaga dalam juga
dimaksudkan untuk syiar Islam. Maka anggotanya dikhususkan yang beragama
Islam. Karena setiap jurusnya akan disisipi dzikir. Kemudian ada yang bertanya,
kalau orang non Islam belajar dan tanpa dzikirnya, hanya jurus atau gerak dan
nafas, apa bisa berhasil? Kemudian ada yang bereksperimen untuk itu, dan
berhasil. Muncullah nama SN. SN adalah tenaga dalam universal pertama yang berkembang pesat. Sejak itu, tenaga dalam sudah tidak berbau ekslusive Islam
lagi. Dari PS tadi mucul lagi SLB. Kemudian SLB berkembang menjadi PD. Sejak
berkembang di Ibu kota, SN menjadi beranak lagi dengan nama SNI. PS yang sejak
semula masih untuk syiar islam, berkembang di Sulawesi dan Sumatera. Akhirnya
muncul lagi dari SN berkembang menjadi SPK, lalu jadi KS. Sejak berbagai nama
yang pecah itu masing‐masing telah menelorkan orang‐orang yang dipercaya
untuk mendapatkan rahasianya. Namun terlihat bahwa orang‐orang itu kemudian
mendirikan nama‐nama baru yang sekarang sudah tidak terhitung lagi. Ada yang
hanya kecil, tidak terdaftar. Ada juga yang mengatakan bahwa ia mendirikan
perguruan karena dapat bimbingan dari mimpi. Tapi kalau dilihat, gerakkannya ya
itu‐itu saja. Pola nafasnya ya itu juga. Ia hanya akan meyakinkan saja, membentuk
opini baru tentang apa yang dikatakan ilmunya itu. Menginjak tahun 2000 banyak
yang menggabungkan dengan sains modern, maka muncul juga istilah Metafisika,
Cybernetic, atau Elektrophysic untuk perguruannya. Sekali lagi, kalau dicermati
pola nafas dari semua itu masih bersumber dari tenaga dalam konvensional.
Konsentrasinya masih dengan generator listrik tubuh yang berada di sekitar pusar.

Sebelum tahun 1985, Tenaga Dalam dipopulerkan dengan adanya
mementalkan orang, dibacok tidak apa‐apa. Lalu setelah tahun 1986, terutama di
atas tahun 1988, tenaga dalam berkembang dengan motto kesehatan. Perguruan
yang ada sudah membicarakan tentang kesehatan yang didapat dengan latihan
tenaga dalam.

Nama perguruannya juga sudah banyak yang diganti. Dari Perguruan
Tenaga Dalam (PTD) ada yang menjadi Perguruan Tenaga Inti, lalu menjadi Beladiri Tenaga Dalam (BTD). Kemudian dengan mengusung kesehatan itu lalu
nama tenaga dalam berubah menjadi Seni Pernafasan. Begitu marak nama seni
pernafasan ini. Ada yang bernama seni nafas, olah nafas. Perubahan nama itu
untuk menjadikan beda dengan yang dulu. Hanya namanya yang beda, intinya
sama, masih konsentrasi juga. Gerakkannya sama, pola nafasnya sama. Kemudian
sejak masuknya aliran Prana ke Indonesia, tenaga dalam banyak yang
menghubungkan dan membicarakan Prana untuk latihannya. Lalu untuk lebih
menarik lagi, ada yang menggantinya dengan istilah Bio Energi. Prana adalah
Energi vital manusia, energi hidup. Lalu Bio adalah Hidup, maka Bio Energi adalah
Energi Hidup. Sama saja, sami mawon. Namun seorang teman tetap ngotot
bahwa Prana tidak sama dengan Bio Energi. Hanya beda bahasa mas, satu
sanskerta dan satunya Inggris. Hanya untuk kelihatan beda maka mereka
memberi nama beda. It's oke, beda tidak apa‐apa.

Kesehatan masih menjadi penarik bagi latihan tenaga dalam. Walaupun
sebenarnya tidak semua penyakit sembuh dengan latihan ini. Penyakit non‐infeksi
akan tertolong. Tetapi penyakit infeksi malah akan berbahaya bila latihan tenaga
dalam. Penyakit infeksi seperti usus buntu, liver, perlu istirahat yang banyak (bed
rest). Apabila latihan tenaga dalam yang banyak mengeluarkan energi maka
infeksinya akan bertambah. Namun hal ini tidak pernah diungkap lebih dalam.

Maraknya istilah Cakra, Kundalini dan Yoga di atas tahun 90, turut
mempengaruhi dunia tenaga dalam. Banyak yang kemudian mencampur‐adukkan
antara Cakra dan tenaga dalam, sehingga ada yang mendirikan aliran Inti Cakra. Ada pula Tenaga Dalam Kundalini Indonesia. Entah bagaimana mereka sampai
bisa mencampur itu semua.

Pengertian Cakra dan Kundalini di kalangan praktisi tenaga dalam terus
terang sungguh sangat kacau. Dengan mencampur istilah Cakra atau Kundalini
dengan tenaga dalam itu sudah sangat merusak arti dari Cakra ataupun tenaga
dalam itu sendiri. Namun karena ada nilai profit dengan nama tersebut maka
beberapa oknum memakainya dengan maksud agar dapat mendatangkan
keuntungan dalam perguruannya.

Kalau dilihat dari perpecahan yang terjadi, pergantian nama berujung pada
pemaksaan untuk mencampur aliran yang sebenarnya sudah mempunyai
kedudukannya masing‐masing,‐ hal yang sebenarnya merupakan tindakan
pemuasan ego. Kalau akan belajar titik‐titik tubuh manusia, ya belajar ilmu
akupunkur. Lalu akupunkur digabungkan dengan tenaga dalam. Titik akupunkur
itu dianggap Cakra. Sensasi listrik tubuh di punggung dikatakan Kundalini. Kacau !.
Berbagai pihak yang sebenarnya memegang kunci dalam pertumbuhan tenaga
dalam, yaitu para guru besar, para pelatih inti, malah ikut untuk meramaikan
kekacauan itu. Belum tahu Cakra dan Kundalini, atau hanya tahu sedikit, lalu ikut
berbicara tentang hal itu dalam tenaga dalam.

Teman saya, sekarang seorang guru salah satu perguruan pernafasan.
Mengatakan kalau dalam latihannya, bisa memegang Kundalini, mengikatnya lalu
menariknya supaya seseorang bisa dikendalikan dari jarak jauh. Yang lebih hebat
lagi, dia bisa membuka dan menutup Cakra seperti membuka dan menutup buku.
Bahkan, Kundalini dalam diri seseorang bisa dia bangkitkan dengan ditandai
adanya rasa panas di punggung.

Bahkan, dalam perkembangan sekarang ini, karena istilah "meditasi"
sedang digandrungi, maka dunia tenaga dalam juga menggunakannya. Berbagai
perguruan Seni Pernafasan yang mempunyai dasar tenaga dalam mulai
menawarkan meditasi sebagai salah satu pelajarannya. Meditasi yang
menggunakan konsentrasi. Bingung juga. Meditasi adalah menyadari setiap
tarikan nafas. Sementara yang ada di tenaga dalam adalah konsentrasi terhadap
nafas.

Dari perjalanan perkembangan dunia tenaga dalam kita bisa melihat
tentang pergantian nama, dari tenaga dalam ke seni pernafasan, juga
pengembangan misi dari kanuragan ditambah kesehatan. Masuknya istilah‐istilah
cakra, kundalini dan meditasi yang dimaknai sangat kacau oleh beberapa praktisi
tenaga dalam. Sebenarnya hal itu tidak perlu terjadi. Latihan apapun sebenarnya
tidak menjadi soal, jalan apapun tidak masalah. Toh semua jalan akan bermuara
sama, menuju Tuhan. Hanya saja apakah latihan yang kita jalankan itu
mengembangkan kasih atau tidak? Apakah bila latihan tenaga dalam dijalankan,
seseorang akan mempunyai hati bersih dan saling menyayangi? Kalau ya,
teruskan. Kalau tidak, hentikan!
Hati bersih dan saling menyayangi dengan latihan pengembangan kekuatan
seperti selama ini, bagaimana mungkin? Ya, maka dari itu, tidak perlu lagi adanya
perpecahan perguruan. Tidak perlu lagi ada yang merasa lebih untuk mendirikan
sebagai wahana pembersihan sampah emosi dari seseorang. Silahkan dirikan
perguruan baru. Yang dibutuhkan adalah bagaimana menjadikan tenaga dalam 
nama baru. Silahkan dirikan perguruan baru. Tapi jangan lupa dengan sejarahmu,
dengan gurumu. Hal sebenarnya yang penting dilakukan adalah membentuk
manusia baru. Bukan namanya, bukan perguruannya, bukan yayasannya, namun
benar‐benar seorang manusia baru yang penuh cinta kasih.