Sabtu, 07 Mei 2011

LISTRIK DALAM TUBUH MANUSIA DAN TENAGA DALAM

Listrik Dalam Tubuh Manusia dan Tenaga Dalam
Sebelum manusia mengenal listrik, ternyata Allah telah menggelarkan listrik dalam tubuh manusia secara sangat canggih, bahkan sejak dari dihadirkanNya manusia pertama di bumi.
Sel-sel dalam tubuh manusia yang jumlahnya lebih dari satu triliun masing-masing mempunyai muatan listrik sebesar 90 mV dengan muatan positif diluar membran sel dan muatan negatif di dalamnya. Bila dapat dibuat hubungan seri dalam masalah listriknya antara satu sel dengan sel yang lain maka memang tubuh manusia mempunyai potensi yang sangat besar dalam menghasilkan tegangan listrik. Misalnya untuk menghasilkan tegangan 220 V (tegangan listrik rumah tangga) diperlukan hubungan seri 2500 sel saja, sedangkan tubuh manusia mengandung lebih dari 1 triliun sel. Apakah hal yang demikian dapat dilakukan dalam tubuh manusia? Entahlah. Tetapi memang ada diberitakan orang dapat menyalakan bola lampu hanya dengan memegang kutub-kutubnya, sehingga kiranya memang bukan hal yang sangat mustahil, sebab bahan bakunya memang telah tersedia dalam tubuh manusia itu sendiri.
Pada sejenis belut yang disebut “Electric eel” (belut listrik), belut ini dapat mengembangkan perbedaan voltase yang cukup besar antara bagian kepala dan ekor, konon sampai 300 Volt, gunanya untuk menyengat lawan atau mangsanya. Hal ini menunjukkan bukti bahwa bukanlah hal yang mustahil bahwa struktur biologik dapat mengembangkan potensial listrik yang cukup tinggi.

Semua alat-alat tubuh manusia dalam menjalankan fungsinya selalu berkaitan dengan masalah listrik ini, khususnya saraf dan otot, termasuk otot jantung. Penyakit dapat menimbulkan gangguan listrik dalam tubuh, sebaliknya gangguan listrik pada sesuatu alat tubuh dapat menimbulkan gejala penyakit. Misalnya radang (selaput) otak dapat menimbulkan gangguan listrik pada otak sehingga menyebabkan terjadinya kejang-kejang; sebaliknya gangguan listrik pada otak dapat menimbulkan gejala penyakit misalnya epilepsi (ayan). Hal yang sama dapat terjadi baik pada otot maupun pada jantung, misalnya iskemia (kekurangan darah) atau infarct (kematian jaringan) otot jantung dapat menyebabkan gangguan tata listrik jantung, sebaliknya gangguan tata listrik jantung dapat menimbulkan gangguan irama denyut jantung (extra systole).
Sudah sejak lama dunia Kedokteran memanfaatkan peristiwa listrik tubuh ini untuk keperluan diagnostik misalnya pencatatan peristiwa listrik :
otak yang disebut Elektroensefalografi (EEG).
jantung yang disebut Elektrokardiografi (EKG/ECG).
otot yang disebut Elektromyografi (EMG).

Hal tersebut diatas dikemukakan oleh karena ada disebut- sebut bahwa tenaga dalam ditimbulkan sebagai hasil dari pengaturan tata listrik dalam tubuh yang kemudian menghasilkan medan elektromagnetik yang mengelilingi tubuhnya. Bila memang demikian masalahnya maka adanya medan elektromagnetik tersebut diatas tentulah akan dapat dibuktikan berdasarkan hukum-hukum fisika. Contoh : sebuah kumparan kawat listrik yang diletakkan dekat pada sebuah kompas; bila kumparan itu kemudian dihubungkan dengan sumber arus listrik searah (batu batere, accu), maka akan segera terbentuk medan elektromagnetik sekitar kumparan itu. Bersamaan dengan terbentuknya medan elektromagnetik, maka jarum kompas (jarum kompas tiada lain ialah sebuah magnet) akan menunjukkan pergerakan. Makin kuat sumber arusnya makin kuat dan luas medan elektromagnetik yang terbentuk dan makin besar terjadinya pergerakan jarum kompas itu. Demikian juga dalam hal jaraknya; makin dekat letak kompas terhadap kumparan makin besar pergerakan jarum kompas itu yang terjadi. Akan tetapi ada satu posisi tertentu di mana jarum kompas dapat sama sekali tidak bergerak berapapun besar arus listrik yang dialirkan melalui kumparan, yaitu bilamana posisi kumparan kawat itu sedemikian rupa sehingga arah medan elektromagnetik yang dihasilkan kumparan tepat sama dengan arah medan magnetik yang dihasilkan oleh jarum kompas itu.

Sekarang marilah kita tinjau bagaimana bila jarum kompas itu kita ganti dengan jarum baja biasa. Dengan sendirinya jarum itu tidak akan menunjukkan arah utara-selatan dan iapun tidak memperlihatkan pola kepekaan tertentu terhadap adanya perubahan medan (elektro)magnetik yang terjadi di sekelilingnya, misalnya yang berasal dari kumparan tersebut diatas atau yang berasal dari sesuatu magnet lain yang diletakkan di dekatnya. Akan tetapi bila jarum baja biasa itu kemudian kita gosok-gosokkan ke pada sebuah magnet yang lebih besar secara teratur/searah, atau diperam (dimasukkan ke) dalam rongga kumparan itu yang dialiri arus listrik searah dan dibiarkan untuk beberapa waktu, maka jarum baja biasa itu sekarang akan berubah menjadi jarum (yang mempunyai sifat-sifat) magnet dan akan berperilaku sebagaimana halnya sebuah jarum kompas, artinya iapun akan dapat menunjukkan arah utara-selatan dan akan peka pula terhadap adanya perubahan medan elektromagnetik yang terjadi di sekelilingnya. Jadi apa sesungguhnya perbedaan antara jarum baja biasa dengan jarum (baja magnet) kompas? Perbedaannya terletak pada tata letak molekul-molekul besi baja itu sendiri. Pada besi baja magnet, letak molekul-molekul besi baja itu (molekul besi/baja memang telah mempunyai sifat dasar magnet) sebagian besar atau seluruhnya adalah teratur, artinya kutub-kutubnya terletak pada arah yang sama, sehingga “ke luar” ia dapat mewujudkan dirinya sebagai sebuah magnet. Sedang pada jarum baja biasa arah kutub-kutub molekulnya simpang siur tidak teratur, sehingga “ke luar” ia tidak dapat mewujudkan dirinya sebagai sebuah magnet. Dengan digosok-gosokkan pada sebuah magnet atau diletakkan dalam rongga kumparan yang dialiri arus listrik searah, maka arah kutub-kutub molekulnya dibuat menjadi searah dan berubahlah ia menjadi jarum magnet. Jadi sifat magnet pada dasarnya memang sudah ada pada setiap besi atau baja. Pada besi lunak (bukan baja) sifat magnet tidak dapat bertahan lama oleh karena molekul-molekulnya mudah berputar. Makin keras besi itu, artinya makin baik sifat bajanya, makin lama sifat magnet dapat bertahan, akan tetapi diperlukan waktu yang lebih lama pula untuk proses pembuatan magnetnya. Artinya baja mempunyai potensi menjadi magnet yang lebih baik dari pada besi lunak.

Apa relevansi uraian tersebut di atas dengan tenaga dalam? Masalah tenaga dalam kiranya analog dengan uraian tersebut di atas yaitu bahwa pada dasarnya semua orang mempunyai tenaga dalam, hanya saja tenaga dalam pada manusia biasa yang belum diolah masih dalam arah yang simpang-siur sehingga tidak “muncul ke luar”. Tetapi bila kemudian diolah (melalui olahraga tenaga dalam) dan “dibuka” (oleh orang bertenaga dalam yang telah mampu) dan selanjutnya proses demikian diulang-tingkatkan (diulang dan ditingkatkan) lebih lanjut, maka keadaannya adalah ibarat besi lunak yang secara bertahap diolah menjadi baja dan pada setiap akhir tahap pengolahan diperkuat sifat magnetnya. Demikianlah maka dengan melalui proses yang kira-kira serupa dapatlah dikembangkan tenaga dalam pada seseorang dan jadilah ia kini memiliki tenaga dalam yang “telah mewujud”. Dalam kaitan dengan proses tersebut di atas, kiranya memang sangat beralasan adanya syarat minimal telah menjalani sekian kali latihan (18x) pada setiap tingkat, sebelum diizinkan mengikuti ujian kenaikan tingkat berikutnya (di”buka” lebih lanjut).Selanjutnya sebagaimana halnya jarum baja yang telah dibuat jadi magnet menjadi peka terhadap hal-hal yang bersifat (elektro)magnetik, maka orang yang “telah” memiliki tenaga dalampun menjadi peka terhadap adanya getaran-getaran yang bersifat tenaga dalam baik yang berasal dari manusia ataupun sumber-sumber lainnya yang bersifat nyata maupun yang bersifat ghaib.
Orang yang sedang di”buka” adalah ibarat jarum baja yang sedang diperam dalam kumparan kawat arus listrik searah atau ibarat sedang digosok-gosokkan ke pada sesuatu magnet agar letak molekul-molekulnya menjadi teratur dan searah, atau dengan perkataan lain arah molekul-molekulnya sedang dibuat menjadi “sinkron”. Demikianlah memang pengertian di”buka” lebih tepat bila diartikan di”sinkron”kan, oleh karena pengertian di”buka” memang sering diasosiasikan ke pada adanya “sesuatu” yang dimasukkan ke dalam diri orang yang di”buka” oleh orang yang mem”buka”, sedangkan sesungguhnya tidak ada sesuatu apapun yang dimasukkan oleh yang mem”buka” ke dalam diri orang yang di”buka”.
Antara listrik dan magnet memang terdapat hubungan yang sangat erat yaitu dari listrik dapat dibuat magnet dan sebaliknya dari magnet dapat dibuat listrik, sehingga kiranya bukanlah hal yang sangat mustahil bila ada teori yang mengatakan bahwa tenaga dalam adalah gelombang elektromagnetik yang dipancarkan oleh seseorang yang telah berhasil men”sinkron”kan sumber-sumber listrik didalam dirinya melalui olahjiwa dan olahraga tenaga dalam. Bila teori tersebut di atas dapat diterima, maka masalah selanjutnya ialah bagaimana mekanismenya maka orang yang bermaksud jahat akan terpental oleh pengaruh tenaga dalam orang yang akan diserangnya ?

Telah dikemukakan bahwa semua aktivitas fisiologis dalam tubuh manusia berhubungan dengan peristiwa listrik. Penyerang dengan emosinya yang berkobar dan maksud jahatnya untuk mencelakakan yang akan diserang, akan mempolakan cara menyerang dalam otaknya dan kemudian mewujudkannya dengan pengerahan kekuatan otot yang cukup besar. Kesemuanya ini berkaitan dengan peristiwa listrik dalam tubuhnya. Makin kuat emosinya dan makin keras upayanya untuk mencelakakan makin besar terbangkitnya peristiwa listrik dalam tubuhnya. Pembangkitan peristiwa listrik dalam tubuh yang diluar kebiasaannya ini akan menghasilkan gelombang elektromagnetik yang berbeda arah dengan gelombang elektromagnetik orang bertenaga dalam yang akan diserang, akibatnya ialah gelombang elektromagnetik penyerang mengalami perubahan (terinduksi), dengan akibat lebih lanjut menjadi kacaunya peristiwa listrik dalam tubuhnya, dengan akibat lebih lanjut lagi yaitu menjadi kacaunya gerakan menyerangnya, yang wujudnya ialah menjadi terpentalnya penyerang tersebut. Keadaannya kiranya sama dengan jarum kompas yang didekatkan dengan letak yang tidak sesuai dengan arah gelombang elektromagnetik kumparan tersebut di atas, yang akan menyebabkan jarum kompas itu bergerak. Bila orang yang diserang tidak mempunyai tenaga dalam, peristiwa tersebut di atas tidak akan terjadi oleh karena orang yang tidak mempunyai tenaga dalam tidak memancarkan gelombang elektromagnetik. Lalu pertanyaan berikutnya ialah : Mengapa bukan orang yang bertenaga dalam yang mental oleh pengaruh gelombang elektromagnetik orang yang menyerang? Hal itu pada umumnya tidak akan terjadi oleh karena orang yang akan diserang biasanya berada dalam posisi tubuh yang lebih stabil dan akan lebih baik lagi bila orang itu juga berada dalam kondisi emosional yang tenang. Di samping itu gelombang elektromagnetik orang yang bertenaga dalam adalah lebih besar, sudah mapan dan mantap (selalu ada) dibandingkan dengan gelombang elektromagnetik “bangkitan sewaktu” dari orang yang sedang beremosi. Makin besar tenaga dalam yang dimiliki orang yang akan diserang, makin tebal selubung gelombang elektromagnetiknya, sehingga semakin sulit bagi penyerang untuk mendekati orang yang akan diserangnya. Ibaratnya jarum kompas (apalagi jarum kompas “bangkitan sewaktu”) tidak akan mampu menggerakkan besi magnet dan semakin besar magnet itu maka jarum kompas yang didekatkan kepadanya sudah bergerak walaupun jaraknya masih jauh.
Kalau orang tersebut tidak bermaksud menyerang, sekalipun ia mengerahkan kekuatan otot yang cukup besar, gerakannya tidak akan menjadi kacau oleh karena arah gelombang elektromagnetiknya searah dengan gelombang elektromagnetik orang yang mempunyai tenaga dalam tersebut. Keadaannya sama dengan jarum kompas yang terletak dekat pada kumparan kawat dengan arus listrik searah dengan posisi sedemikian rupa sehingga arah gelombang elektromagnetik kumparan sama dengan arah gelombang magnetik jarum kompas itu, sebagaimana telah dikemukakan dibagian depan. Pertanyaan selanjutnya ialah bagaimana bila si penyerang itu juga bertenaga dalam? Nah perlu diketahui bahwa sesama tenaga dalam adalah gelombang elektromagnetik yang searah sehingga tidak akan saling berbenturan. Yang akan berbenturan ialah gelombang elektromagnetik “bangkitan sewaktu” hasil dari luapan emosi seseorang terhadap gelombang elektromagnetik tenaga dalam orang lain.
Oleh: Prof. Drs Physiol. Dr. Y.S. Santosa Giriwijoyo

HANYA DIA

Dan (ingatlah) ketika Kamu berkata kepada Orang yang ALLAH telah melimpahkan Nikmat kepadanya dan Kamu(juga) telah memberi nikmat kepadanya: "Tahanlah Istri Mu dan bertaqwalah kepada ALLAH", sedang kamu menyembunyikan didalam hati Mu apa yang ALLAH akan menyatakanya, dan Kamu takut kepada Manusia, sedang ALLAH lah yang berhak Kamu takuti. Maka tatkala Zaid telah mengakiri keperluan terhadap Istrinya(menceraikanya), Kami kawinkanlah Kamu dengan dia supaya tidak ada keberatan bagi Orang Mu'min untuk(mengawini) Istri-istri Anak-anak angkat mereka, apabila Anak-anak angkat itu telah menyelesaikan keperluannya terhadap Istrinya. Dan adalah ketetapan ALLAH itu pasti terjadi. (Al-Ahzab ayat 37).

Ayat ini diturunkan ketika Rasulullah SAW merasa enggan ketika dinikahkan secara langsung oleh ALLAH SWT dengan Zainab, seorang janda yang baru menyekesaikan masa 'iddahnya. Ia adalah mantan Isteri anak angkatnya sendiri, Zaid bin Haritsah yang telah hidup bersama Rasulullah bertahun2 sejak kecilnya, bahkan Zaid sendiri pernah menyebutnya sebagai Zaid bin Muhammad.
Melalui pernikahan ini ALLAH SWT hendak menjadikan Muhammad SAW sebagai model yg memperagakan langsung sikap keras Islam terhadap praktek Adopsi yg telah mengakar dizaman jahiliyah dan tetap dipraktekan secara subur hingga saat ini.

Melalui peran ini ALLAH SWT menegaskan bahwa tidak ada hubungan apapun antara Orang Tua dengan Anak angkatnya. Bahkan Ayah angkat boleh menikahi bekas Istri Anak angkatnya. Anak angkat tidak bisa menjadi ahli waris Orangtua angkatnya dengan alasan apapun.

Nabi kita selain menjadi Rasul, beliau juga Manusia biasa dan adalah wajar jika Beliau kawatir dengan pandangan negatif umatnya atas pernikahan yang tidak lazim ini.

Sebagai Manusia biasa, Beliau kawatir jika Masyarakat menilainya mata keranjang, Beliau juga kawatir popularitas dan dukungan Umatnya berkurang. ALLAH sangat mengetahui persis perasaan yang berkecamuk dalam diri Rasul NYA, maka DIA menegur secara keras dengan menurunkan ayat tersebut.
Ayat ini menegaskan kepada Kita semua untuk tidak ragu-ragu terhadap perintah ALLAH SWT, walaupun secara sepintas perintah itu tidak lazim dikalangan Masyarakat. Dalam ayat tersebut menegaskan kepada Kita untuk tidak perlu sibuk mencari dukungan, restu dan kerelaan Manusia, yang Kita harapkan hanya keridhoan ALLAH SWT, jangan takut kehilangan dukungan Manusia, sebab yang paling berhak ditakuti cuma ALLAH SWT. Restu Orang tua kita usahakan, restu Keluarga Kita cari, dukungan Masyarakat Kita upayakan, tapi restu dan dukungan ALLAH SWT diatas segala-galanya.
Sekiranya semua Manusia dimuka bumi ini memberi restu dan dukungan atas sikap dan perbuatan Kita, tapi ALLAH SWT justru memurkainya, maka Kita harus memilih ALLAH. Biar semua Manusia memusuhi Kita, menolak dan mengasingkan Kita asal ALLAH SWT rela, inilah sikap Kita. Jika ini Kita pertahankan, maka ALLAH SWT sendiri kelak yang akan mengubah pikiran Manusia. Ditangan ALLAH SWT lah seluruh ubun-ubun…Manusia.
Rasulullah SAW bersabda," Barang-siapa memurkakan ALLAH untuk meraih keridhoan Manusia, maka ALLAH SWT murka kepadanya dan menjadikan Orang yang semula meridhoinya menjadi murka kepadanya. Dan barang siapa meridhokan ALLAH SWT (meskipun) dalam kemurkaan Manusia, maka ALLAH SWT akan meridhoinya dan meridhokan kepadanya Orang yang pernah memurkainya, sehingga ALLAH SWT memperindahnya, memperindah ucapan dan perbuatanya dalam pandangan NYA"
(Riwayat-Aththabarani).

Dengan sangat jelasnya maksud Ayat tersebut, “apa yang musti ditakuti untuk melanggar sesuatu yang dianggap tidak lazim”? Atau sesuatu yang sangat tabu dan terlarang oleh suatu daerah? Dan ini adalah pilihan, kepada yang masih muda, ini lah saatnya untuk berani merobah sesuatu yang tidak ada referensinya dari induk referensi kehidupan yaitu Al-Qur'an dan Hadist. Ini adalah pilihan Kita. Berapa banyak sesuatu yang dianggap tidak lazim yang justru mempersempit ruang gerak Kita?

Bagi yang Tua-tua juga sangat banyak memahami keadaan ini, tapi ini yang dapat Ku gambarkan, Mereka tidak bertindak, atau diam saja, karena tidak mampunya diri, atau takutnya diri akan kehilangan dukungan dari Masyarakat, bahkan…. Takut dihina dan dimusuhi… Seharusnya, sesuatu yang tidak lazim bagi sesuatu Masyarakat, tapi bagi Al-Qur’an sangat lazim, ini harus berangsur-angsur Kita robah agar menjadi lazim, kenapa….? Karena sesuatu yang tidak lazim tersebut, bila tidak dirobah, akan dianggap itu menjadi hukum wajib yang akirnya disamakan dengan pusat segala Undang-undang dan Hukum (Al-Qur’an dan Hadist). Dan ini memang terjadi dan akan selalu terjadi, bila tidak ada yang memulai dengan pengetahuan yang cukup untuk merubah ketidak laziman tersebut…. Maka banyaklah Orang yang bertindak benar, tapi karena tidak lazimnya menurut pandangan Orang banyak, akhirnya Orang benar tersebut dihukum, disalahkan, diusir, bahkan ada yang dibunuh! Siapa yang berhak disalahkan? Inilah kesalahan yang harus Kita tanggung bersama, yang akan diminta pertanggung-jawaban nantinya.
Disinilah pentingnya penerus-penerus Nabi Muhammad berbuat, bertindak dan mengacu kepada kecemasan seOrang Nabi dan Rasul dalam menjalani perintah yang tidak lazim, yang langsung berhubungan dengan Masyarakat, tapi karena tekad Beliau untuk menjalani perintah ALLAH, maka ALLAH membantu. Akan kah Kita dibantu ALLAH juga, bila terjadi hal yang menyerupai ini, jawabannya hanya satu, PASTI!!! Karena ALLAH tidak pernah membedakan Hamba NYA!!!.

Berita ini Ku beritakan kepada siapa saja yang peduli dengan kebaikan yang dijanjikan Al-Qur’an dan Hadist Nabi.


(Tulisan ini Ku ambil dari perbendaharaan kata-kata yang ada dialam semesta ini, sebagian Ku ambil dari Al-Qur’an dan Hadist Nabi, kata-kata ini bisa Ku ambil dengan sangat bebasnya tanpa harus membayar kepada siapapun, tulisan ini Ku tujukan pertama-tama pada diri Ku dan Ku lanjutkan kepada Anak-anak Ku, Murid-murid Ku dan keluarga serta kerabatKu dan bagi siapa saja yang tertarik dan merasa berguna membacanya dan tulisan ini adalah,” tulisan dari seorang yang bukan penulis”)
Muhammad Benibudaya Al-Minangkabaawi, Gm, Ps